Menuntut ilmu memang membutuhkan kesabaran. Tanpa hal itu, tentu banyak orang yang akan mengalami kegagalan untuk meraup ilmu yang berlimpah. Dan, para ulama yang kapabilitas keimuannya tak diragukan lagi, telah membuktikan peran ‘kesabaran’ sebagai elemen penting dalam thalabul ‘ilmi.
Buku yang ada di hadapan anda ini menyajikan sebuah potret bercahaya tentang kesabaran para ulama dalam mencari ilmu. Dengan membaca ini, semoga nilai kesabaran yang terpancar dari kehidupan para ulama itu menjadi support yang besar bagi kita untuk belajar sabar dalam menghadapi romantika kehidupan. Terutama saat mengalami kondisi getir yang tidak mengenakkan.
Anda akan berdecak kagum menyimak rentetan kisah-kisah yang dipaparkan dalam buku ini. Betapa sebuah kemuliaan itu tidak akan bisa tergenggam dengan hidup bersantai-santai dan meninggalkan kerja keras. Termasuk untuk meraih ilmu. Segudang kesabaran mesti disiapkan, agar Allah memahamkan kita tentang ilmu-ilmu agama. Selamat membaca!
“Kisah tentang para ulama dan kebaikan2 mereka lebih aku sukai daripada banyak masalah fiqih, sebab kisah mengandungi tata cara sebuah kehidupan.” (Imam Abu Hanifah)
“Seseorang tidak akan merasakan nikmatnya ilmu sebelum ia lapar dan melupakan rasa laparnya.” (Imam Az-Zahabi)
Semoga aku bertemu dengan orang yang bertemu dengan Nabi saw atau salah seorang sahabat Nabi saw.” (Amir bin Syarahil Al-Kufi Al-Hamdani)
Imam Asy-Sya’bi pernah ditanya dari manakah beliau mendapatkan semua ilmu ini.?
Dia menjawab: “Dengan tidak berpeluk tubuh, selalu berjalan dibumi, selalu bersabar seperti kesabaran benda mati dan selalu berangkat di awal waktu seperti berangkatnya seekor burung gagak.”
Antara salah sebuah kisah dalam buku ini:
Imam Bukhari Sering Terjaga dari Tidurnya Untuk Menulis Ilmu.
Dari Ibnu katsir berkata di dalam kitabnya Al-Bidayah wan Nihayah, Jilid XI:25, tentang biografi Imam Bukhari, pemuka kaum beriman dalam bidang hadis. “Dia melakukan perjalanan kepada guru2 hadis di kota2 yang memungkinkan baginya untuk mendapatkannya. Dia menulis hadis dari seribu orang guru.
“Imam Bukhari ra pernah bangun dari tidurnya di suatu malam. Dia pun menyalakan lampu dan mencatat ilmu yang terlintas di benaknya, lalu ia mematikan lampu kembali. Kemudian, ia bangun lagi dan melakukan hal yang sama. Demikianlah, sampai hal itu terjadi lebih kurang dua puluh kali.
Kitab ini dibahagikan kepada 6 bab besar:
1.Saat menempuh perjalanan jauh untuk mencari ilmu
2.Saat tidur tak teratur dan jiwa enggan bersantai-santai
3.Mereka bersabar menghadapi kerasnya hidup dan pedihnya kemiskinan
4.Betapa pedihnya menahan lapar dan haus
5.Saat kehabisan bekalan dan tak memiliki pakaian
6.Mereka kehilangan kitab dan kadang terpaksa menjualnya
Akhir kata sebuah kitab yang sarat dengan biografi para2 ulama dalam usaha meraih ilmu.