Rabu, Jun 15, 2011

Biografi Gemilang Imam Mazhab 4 karya Muhammad Abu Zahrah

Alhamdulillah, akhirnya Berlian Publications Sdn Bhd telah menerbitkan empat buku baru karya seorang ulama' Mesir terkenal, Syeikh Muhammad Abu Zahrah dalam set Biografi Gemilang yang menampilkan kisah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafie dan Imam Hanbali, imam mazhab empat terkenal.

Judul asal buku ini ialah Hayatuhu wa 'Ashruhu, Ara'uhu wa Fiqhuhu bagi setiap imam mazhab.
Imam Abu Hanifah adalah seorang berjiwa besar dan berakhlak tinggi. Beliau seorang yang bijak dalam ilmu pengetahuan. Cekap memberi keputusan dan mempunyai jiwa yang konsisten.

Ketika hayatnya, beliau mengikuti pelbagai perkembangan ilmu pengetahuan, baik di bidang ilmu dan politik mahupun ilmu agama. Zaman beliau dikenali sebagai zaman pertumbuhan politik, agama serta ideologi yang pelbagai.

Abu Hanifah seorang yang luas pemikiran dan banyak ilmu. Tetapi beliau sangat merendah diri dan tidak terpedaya dengan fikirannya sendiri.

Imam Malik, sewaktu hidupnya mengalami dua corak pemerintahan iaitu Ummaiyah dan Abbasiyah, di mana pertelingkahan sengit dua pemerintahan sering berlaku.

Hukum fiqh yang diberikan oleh Imam Malik berdasarkan al-Quran dan hadis. Imam Malik menjadikan hadis sebagai pembantu bagi memahami al-Quran. Beliau juga sangat cermat dalam memberi penerangan dan hukum.

Memetik katanya (dalam halaman 102 buku biografi Imam Malik): “Sebaik-baik perkara, adalah perkara yang jelas. Jika engkau berada antara dua perkara, sementara ada satu daripada keduanya yang membuatmu ragu, maka ambillah yang paling engkau percayai.”

Banyak lagi kisah menarik boleh dikutip daripada keperibadian Imam Malik, begitu juga Imam Syafie yang terkenal sebagai pencetus ilmu usul fikah dan meletak asas serta kaedah yang dijadikan panduan untuk melakukan penggalian hukum. Begitu juga mengenai Imam Ahmad (Imam Hanbali) yang alim dalam ilmu hadis dan fiqh.

Sabtu, April 16, 2011

Buku Baru: Bruce Lee - 40 Spirit of Success

Andrie Wongso
2011
AW Publishing, Jakarta

Buku berjudul Bruce Lee: 40 Spirit of Success ini mengajarkan kita untuk tidak sekadar cukup tahu saja, tapi kita harus mengaplikasikannya. Seperti salah satu kata-kata milik Bruce Lee yang dikutip dari buku ini: “Knowing is not enough, we must apply. Willing is not enough we must do”. Ada banyak pelajaran dan falsafah-falsafah hidup milik Bruce Lee lainnya yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan.

Sosok Bruce Lee tidak hanya sekedar sebagai pelakon aksi lawan, tapi cara dan langkahnya dalam mencapai kesuksesan dapat dijadikan inspirasi bagi kita semua.
Andrie Wongso mengupas segala nilai-nilai dan pelajaran hidup milik Bruce Lee dalam sebuah buku motivasi secara lengkap dan praktis. Buku ini juga dilengkapi dengan CD wawancara istimewa bersama Andrie Wongso berkaitan dengan sosok Bruce Lee.

Bagi anda yang faham dan ingin mencapai kesuksesan: baca, resapi, dan praktikkan apa yang ada dalam buku ini!






Isnin, April 04, 2011

Buku Baru: Kisah-kisah Abadi Bersama Ayahku HAMKA

Irfan Hamka
271 halaman
Penerbit UHAMKA Press

Banyak hikmah dan teladan yang bisa dipetik keulamaan dan ketokohan Haji Abdul Malik Karim Amrullah disingkat HAMKA tak perlu diragukan lagi. HAMKA dikenal sebagai ulama cerdas, tegas, namun juga lembut dan pemaaf.

Banyak artikel dan buku mengupas sosok dan keulamaan HAMKA. Namun, belum banyak yang tahu bagaimana keseharian HAMKA yang akrab disapa Buya ini. Irfan HAMKA, anak kelima Buya HAMKA mengungkap keseharian ayahnya selama berada di rumah dan di mata 10 anaknya.

Buku ini diawali masa-masa Agresi II tahun 1948, saat HAMKA diburu orang-orang Belanda. Imbasnya istri dan 10 anaknya yang tinggal di Padang Panjang, Sumatra Barat, ikut mengungsi. Di masa itu terungkap kalau HAMKA ternyata seorang pendekar yang berani.

Di bab kedua buku diceritakan bahwa Buya adalah seorang penyayang binatang. Sampai akhir hayatnya ulama besar ini memiliki kucing kesayangan. Si Kuning namanya, karena hulunya berwarna kuning keemasan.

Buya mengurus si Kuning sejak masih orok. Tamu tak diundang ini mengeong di pagi buta. Bakda Subuh, Buya membuka pintu, untuk meraih kucing kecil yang kurus dengan mata penuh kotoran. Tanpa sungkan Buya menggendong, membawa ke dapur, membersihkan matanya dengan lap basah. Lalu, memberi susu kental milik anaknya yang bungsu. Dalam sekejap j Uatan lidah mungil menghabiskan susu dalam cawan.

Tak hanya kebutuhan perut, HAMKA pun menyiapkan singgasana bagi anak barunya ini. Keset kaki diberi potongan kain bekas, nyenyaklah si Kuning.

Hubungan HAMKA dengan si Kuning bagaikan kecintaan Abu Hurairah dengan kucing-kucingnya. Selama HAMKA berada di rumah, si Kuning setia mendampingi. Di meja kerja HAMKA menulis buku sambil duduk bersila di kursi. Nah, si Kurung selalu merebahkan diri di atas sila kaki majikannya. Tidur pun si Kuning seranjang dengan Buya mendapat jatah di ujung kaki.

Di buku setebal 271 halaman ini, Irfan membuka rahasia bagaimana ayahnya pernah mengajak berdamai dengan jin. Bertemu makhluk halus itu dilakukan dengan ritual khusus. Anak-anak pria ikut dilibatkan, termasuk Irfan, yang sembunyi ketakutan di kolong meja.

Jin itu penghuni lama di rumah baru keluarga HAMKA di bilangan Kebayoran Baru. Buya terpaksa mengajak berdamai, karena kelakuan jin sudah sangat mengganggu. Hampir semua penghuni, pembantu pernah kena sasaran gangguan jin. Penghuni rumah menyebut si jin dengan nama Innyiak Batungkek (kakek bertong-kat). Karena setiap malam selalu mengetuk tongkatnya mengganggu penghuni rumah. Belum lagi suara-suara aneh membuat bulu kuduk berdiri.

Buku ini mengupas petualangan spiritual Buya HAMKA dan istrinya berangkat haji. Dari 10 anaknya, Irfan yang diajak mendampingi kedua orang tuanya. Perjalanan haji pertama kali ini menarik. Hanya sedikit yang berangkat naik pesawat terbang, kebanyakan calon jamaah memilih berangkat dengan kapal laut.

Buya HAMKA pun memilih naik kapal laut. Berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok. Sebelumnya kapal ini menjemput jamaah haji dari Ujung Pandang, Banjarmasin, Surabaya, Semarang, Jakarta. Perjalanan berlanjut menjemput jamaah dari Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, terakhir dari Pelabuhan Belawan Medan. Bisa dibayangkan, berapa lama perjalanan haji mengendarai kapal laut.

Petualangan lain yang diungkap khusus, perjalanan maut dari Baghdad menuju Makkah. Mengapa ditambahi kata maut? Silakan dibaca di bab kelima buku yang dilengkapi dengan foto-foto menarik.

Tegas dan pemaaf

Buku ini tak sekadar berisi cerita ringan keseharian Buya, tetapi di balik cerita begitu banyak teladan dan hikmah yang bisa dipetik dari setiap bab. Betapa Buya sangat tegas untuk urusan akidah. Apalah artinya jabatan, kalau harus mengorbankan akidah. Buya menegaskan, sudah menjual dirinya kepada Allah sehingga tidak boleh menjual kepada yang lainnya lagi.

Jika urusan akidah, Buya sangat tegas, namun urusan sesama manusia dia sangat lembut. Buya pun dikenal sangat pemaaf. Sebagai bukti, beberapa kisah tokoh besar di Indonesia yang nyata-nyata anti-Buya, bahkan sampai memenjarakan Buya, di akhir hayatnya mendambakan kehadiran HAMKA.

Simak detik-detik terakhir menjelang kematian Moh Yamin yang ingin ditemani HAMKA hingga pemakaman di kampung halamannya di Sumatra Barat. Padahal, sebelumnya Moh Yamin sangat menentang pendapat dan sikap HAMKA. Di buku ini diungkap pula keinginan terakhir presiden Soekarno, juga Pramoedya Ananta Toer? Begitu pemaafnya Buya HAMKA terhadap musuh-musuhnya.

Di buku Kisah-kisah Abadi Bersama Ayahku HAMKA, Irfan memberikan pula bab khusus buat Ummi Hj Sitti Raham Rasul sebagai teladan bagi kaum perempuan. Sebagai istri, ibu yang sangat perhatian dan setia mendampingi ayah serta anak-anaknya.

Selasa, Januari 11, 2011

Sejarah Tamadun Islam Ibn Kathir

Judul Asal: Al-Bidayah wa al-Nihayah
Penulis: Ibnu Katsir
Harga: RM1200 (satu set, 14 jilid)
Cetakan: 2005
Penerbit: Dewan Bahasa dan Pustaka

Buku Sejarah Tamadun Islam Ibn Kathir merupakan buku karya agung klasik terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka pada tahun 2005. Ibn Kathir merupakan seorang tokoh ilmuwan yang banyak meriwayatkan hadis. Beliau juga seorangahli matematik, tafsir dan sejarawan terkenal pada zamannya. Buku Sejarah Tamadun Islam Ibn Kathir ini merupakan terjemahan daripada buku Al-Bidayah wa al-Nihayah karangan Ibn Kathir. Penerbitan edisi buku ini dipetik daripada sebuah manuskrip yang diperoleh daripada Madrasah al-Ahmadiah yang terletak di Kota Halb, dalam Republik Arab Syria. Manuskrip ini dikumpulkan oleh Jumhur Muhaqqiqin (kumpulan penyemak) dan mereka telah menjalankan penyelidikan dengan merujuk kitab induk sejarah, dan kitab Sirah zaman dahulu.

Buku ini mempunyai 14 jilid dan terbahagi kepada tiga bahagian, iaitu bahagian pertama menyentuh sejarah permulaan pemerintahan umat yang lalu hingga zaman Arab Jahiliyyah, sejarah hidup Rasulullah s.a.w., perutusan wahyu, dan kemunculan Islam hingga peristiwa Hijrah Nabi s.a.w. dari Makkah al-Mukarramah ke Kota Madinah al-Munawwarah. Bahagian ini bersumberkan al-Quran, Hadis dan karya para sejarawan Islam yang terkemuka seperti Imam al-Tabary, Ibn 'Umar, al-Waqidiy dan lain-lain lagi.

Bahagian kedua kitab ini mencatatkan sejarah pemerintahan Khulafa al-Rashidin, Kerajaan
Umawiyyah, Kerajaan Abasiyyah dan kerajaan serta negara-negara yang merupakan pecahan daripada kerajaan Abasiyyah pada era keruntuhannya, sehingga ke saat ia ditakluki oleh Moghul yang berlanjutan ke tahun 774 Hijrah.

Bahagian terakhir kitab ini pula mengutarakan persoalan mengenai hari akhirat,
kebangkitan kiamat melalui tanda-tanda awal dan akhir, serta kata-kata nasihat yang
mengajak pembaca bertakwa kepada Allah s.w.t.. Semua persoalan tadi hanya terkandung
dalam jilid buku yang terakhir sahaja, iaitu jilid ke-14.

Isnin, Januari 10, 2011

Ringkasan Bidayah Wa Niyahah - Ibnu Katsir

Judul Asli: Mukhtasar Bidayah wa Nihayah
Judul Terjemah: Ringkasan Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir
Peringkas: Dr. Ahmad al-Khani
Halaman: 928

Kitab al-Bidayah wa Nihayah, adalah kitab sejarah karya ulama besar Ibnu Katsir Rahimahullah yang merupakan kitab sejarah terlengkap, dimulai dari Sejarah Awal Mula Penciptaan, Kisah Para Nabi, Kisah umat-umat terdahulu, Sejarah Nabi Muhammad saw dan Khulafa’ Rasyidin, Daulah Umawiyah dan Abasiyah, hingga peristiwa sampai 768 Hijriah dimana Ibnu Katsir hidup di zaman itu.

Tentu saja kitab itu sangat banyak jumlahnya berjilid-jilid sehingga menyulitkan bagi penuntut ilmu untuk meneliti secara perlahan peristiwa demi peristiwa satu persatu.

Adalah DR. Ahmad al-Khani, ahli sejarah Islam dari negeri Syria, berusaha meringkas kitab ini. Kitab yang dihasilkannya jauh berbeda dibanding kitab-kitab ringkasan pada umumnya. Kitabnya mampu mengumpulkan buah-buah yang telah dipetiknya, laksana udara baru dan segar, yang sarat dengan makna.

Keistimewaan-keistimewaan yang paling menonjol dari kitab ini adalah:

  1. Dalam ringkasan ini seluruh haditsnya sudah di takhrij, demikian pula materi dan syair-syairnya.
  2. Penulis telah mengetengahkan kejadian-kejadian yang sangat penting bagi pembaca, dengan bahasa sastera yang mudah difahami
  3. Satu kejadian yang ditampilkan berbagai versi oleh Ibnu katsir, diringkas dan disajikan dengan sangat sederhana.
Sudah barang tentu kitab ini diperlukan untuk memenuhi koleksi perpustakaan peribadi anda dan juga para penuntut ilmu lainnya.